Apa yang terlintas dipikiran anda mendengar nama Douwes Dekker? Orang Belanda, jaman kolonialisme, Max Havelaar, dan Multatuli. Itulah yang saya tahu dari pelajaran sejarah Hindia Belanda yang diajarkan waktu SD. Dan ternyata saya baru paham, kalau ternyata Douwes Dekker ga cuma Eduard.

Ada Douwes Dekker lain yang juga berjasa bagi sejarah Indonesia.

Beliau adalah Ernest Douwes Dekker. Bersama 2 orang teman pribuminya atau yang kita kenal sebagai Tiga Serangkai mendirikan boyband organisasi Indische Partij. Organisasi awal yang terang-terangan menginginkan kemerdekaan Hindia Belanda dari Belanda.
Ternyata waktu kecil saya salah paham. Saya mengira Eduard (Multatuli) adalah personel Tiga Serangkai dan terlibat dalam perjuangan kemerdekaan. Padahal dalam kenyataannya Eduard & Ernest hidup di era yang berbeda. Eduard hidup di abad 19, jadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Buat mengingat-ingat kembali pelajaran jaman dulu, berikut adalah info-info Douwes Dekker yang berhasil saya himpun dari wikipedia & google berbagai sumber terpercaya.
- Ernest & Eduard masih ada hubungan keluarga. Saudara dari Eduard, Jan, adalah kakek dari Ernest.
- Eduard adalah Belanda totok, sedangkan Ernest adalah
Belanda KWIndo (Belanda campuran pribumi). - Di era kemerdekaan, Ernest mengganti namanya menjadi Danoedirdja Setiaboedi. Namanya dijadikan nama jalan di beberapa kota yaitu Jalan Setiabudi.
- Teman 3 serangkai Ernest adalah dr. Cipto Mangunkusumo (yang diabadikan jadi salah satu RS terkemuka di Indonesia) & Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (aka Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia).
- Di buku Bumi Manusia karangan Pramoedya A. Toer, Sarah De la Croix mengatakan kepada Minke (tokoh utama), bahwa ada Douwes Dekker lain yang lebih penting dari Multatuli. Yang sedang berada di Afrika Selatan untuk berperang melawan Inggris. Walau tidak secara eksplisit menyebutkan Ernest, tapi dari deskripsi itu, jelas itu adalah Ernest.
- Nasib keluarga Pak Ernest ini cukup tragis, karena perjuangannya yang gigih untuk perjuangan kemerdekaan Hindia Belanda. Perhatian terhadap keluarganya menjadi berkurang. Padahal menurutnya, perjuangan ini demi masa depan keluarganya. Namun kenyataannya setelah kemerdekaan, semua keluarga & anak-anaknya kembali ke Belanda. Hanya Ernest yang menjadi WNI.
- Buku Max Havelaar pernah diadaptasi menjadi film Belanda Max Havelaar (1976) dengan melibatkan beberapa aktor dari Indonesia, salah satunya Rima Melati.
- Menurut Pramoedya A. Toer, menyebut Max Havelaar sebagai “The book that killed colonialism”. Karena telah menumbuhkan kepedulian orang Eropa terhadap penderitaan para pribumi Hindia. Dan buku ini juga yang menjadi penyebab munculnya Politik Etis , salah satunya dengan memberikan pendidikan kepada pribumi, dst,,dst,,dst,, bla,…bla dan akhirnya munculah para pribumi didikan Belanda yang terlibat perjuangan kemerdekaan. The rest is history..
Ya itu dia sekilas info dari saya. Semoga anda tidak salah lagi (seperti saya dulu) sama 2 tokoh ini.
Pernah nonton di Metro, Ernest ini adalah cucu dari Eduard (eh, cucu apa anak, ya… Lupa)..
Kalo keluarganya Ernest ada yg tinggal di Indonesia, namanya Kesworo
Ooo pernah dibahas Metro ya. Dia itu memang cucunya, tapi bukan cucu langsung, cucu dari sodaranya Eduard.
Kemarin mau beli buku Max Havelaar di Lembus. Gak jadi karena ada 4 biji buku di rumah yg belum di baca.. 😆
ah kamu terus yang komen, bosen2.. lol
Makanya… Populer-kan dikit blogmu.. Minimal kyk blogku lah…