Hari jumat kemarin, 21 Juli 2017, adalah hari yang kelam buat saya (dan seluruh dunia). Baru kali kematian selebritis bisa begitu nyesek. Berita kematian selebritis adalah hal yang biasa terjadi. Orang datang dan pergi. Tapi untuk orang yang satu ini, berbeda. Dia adalah Chester Bennington, vokalis Linkin Park.

Jika anda adalah generasi 90an yang berusia diantara pertengahan 20an sampai 30, pasti mengenal Linkin Park. Mereka band yang sangat masif di awal 2000an. Dimana diwaktu itu adalah eranya generasi 90an memasuki masa remaja. Masa ketika mereka bertransisi dari anak-anak menuju dewasa. Dimana mereka meninggalkan idola masa kecil mereka dan beranjak ke idola yang relevan dengan mereka.
Masa remaja adalah pada umumnya adalah fase paling labil yang dialami manusia. Masa yang katanya pencarian jati diri. Di saat itu lah Linkin Park menginspirasi kehidupan jutaan remaja di seluruh dunia. Walaupun saya sendiri saat itu tidak terlalu begitu paham 50% lirik-liriknya, tapi entah kenapa lagu-lagu mereka bisa begitu relevan. Kita bisa mendengarkan “kemarahan” khas remaja. Terutama di lagu Crawling yang melambungkan nama mereka. Lagu ini adalah lagu pertama Linkin Park yang saya dengar. Baru beberapa tahun kemudian saya tahu kalau lagu ini adalah pengalaman Chester yang memiliki masa lalu yang kelam.
Jika diperhatikan, banyak lagu Linkin Park cerita tentang perjuangan personal dari Chester. Dari beberapa wawancara, Chester sering bercerita di masa mudanya, dia pernah menjadi korban pelecehan seksual temannya, korban bullying, dan menjadi pemakai obat-obatan terlarang. Singkat cerita, banyak remaja di seluruh dunia yang merasa bahwa lagu-lagu Linkin Park telah membantu mereka melewati masa-masa kelam.
Buat saya sendiri, walaupun hidup normal-normal saja dan tanpa lika-liku yang tragis, Linkin Park sudah menjadi bagian dari masa remaja saya. Ada sekitar 3-4 poster Linkin Park di kamar, untuk menunjukkan betapa “cool” dan “edgy” saya waktu itu. Di era youtube belum ada dan google baru memulai perjalanannya, MTV adalah tontonan wajib saya untuk selalu update berita idola. Istilah kerennya waktu itu adalah anak nongkrong MTV. Dan tak lupa koleksi kaset 3 album pertama mereka, Hybrid Theory, Reanimation (remix Hybrid Theory), Meteora. Ya, KASET!! Jaman itu masih relevan.
https://www.instagram.com/p/BWyr52LA0XS
Sayangnya 3 kaset itu tidak bisa saya tunjukkan karena berada di rumah orang tua. Saya tampilkan saja gambar dari teman. Kira-kira seperti itu kasetnya, ditambah album paling populer mereka Hybrid Theory. Hampir tidak ada yang tidak tahu siapa Linkin Park. Begitulah kira-kira gambaran masifnya LP di awal 2000.
Maju di tahun 2007, Linkin Park telah banyak berubah. Mereka telah meningkalkan nu metal yang melambungkan namanya. Banyak fans yang kecewa dan meninggalkan mereka. Tak sedikit pula yang bertahan. Saya adalah salah satu yang bertahan. Saya terus mengikuti naik turunnya mereka. Pergantian genre ke alternatif di album ke-3 mereka, Minute to Midnight. Yang paling kukenang dari album ini adalah waktu rilisnya 14 Mei 2007. Pada tanggal 12 Mei 2007, beberapa hari setelah UAN/UAS SMA, saya harus meninggalkan kota Bontang menuju Surabaya untuk melanjutkan kuliah. Lebih tepatnya adalah mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan seleksi masuk perguruan tinggi (waktu itu namanya SPMB).
Mendengar lagu What I’ve Done, saya merasa kembali di saat-saat saya harus ekstra keras belajar siang & malam agar bisa diterima PT pilihan saya, ITS jurusan Teknik Informatika. Yang katanya passing gradenya lebih tinggi dari FK Unair. Dan Alhamdulillah, saya diterima. Ditambah lagi deretan lagu Leave out all the rest, Bleed it out, In Pieces, dan lainnya, mengingatkan kenangan betapa kesepiannya saya ketika awal menginjakkan kaki di Surabaya.
Dan terus ke album selanjutnya A Thousand Suns, Living Things, The Hunting Party, dan One More Light saya selalu antusias mengikuti. Kalau harus diceritakan satu persatu kenangannya disini, bakal ga ada habis-habisnya. Ketika jumat pagi, 21 Juli 2017, saya mengecek instagram, muncul post dari akun LP ini.
Aku kira hanya gambar biasa Linkin Park sampai melihat komentar-komentarnya. Ada apa dengan Chester? Orang yang telah mengisi masa mudaku telah tiada karena gantung diri. Pada hari itu juga mood langsung ga enak sepanjang hari. Rasanya seperti kehilangan seorang teman lama. Sulit untuk memahami bagaimana mungkin seorang menginspirasi jutaan anak muda, ternyata juga sangat rapuh di dalam.
Entah bagaimana kelanjutan Linkin Park tanpa Chester. Menurutku, meninggalnya Chester adalah akhir dari Linkin Park. Mereka telah solid bersama selama hampir 2 dekade. Ketika ada 1 bagian yang hilang, maka sulit untuk melihat Linkin Park yang dulu. Mungkin mereka bisa meniru RATM, ketika sang vokalis pisah jalan, 3 personel lainnya memutuskan membentuk band baru dengan vokalis baru dengan nama Audioslave. Kebetulan vokalisnya adalah Chris Cornell, sahabat Chester, yang juga baru 2 bulan lalu meninggal dengan cara yang sama, gantung diri. Menurut berita, menjadi salah satu sebab Chester bunuh diri juga. Apapun keputusan mereka, saya akan tetap menjadi fans Linkin Park.
Lagu ini adalah salah satu lagu favorit LP. Mendengar lagi lagu ini, menimbulkan perasaan yang berbeda. Rasanya seperti mendengar suicide note dari Chester.
When my time comes
Forget the wrong that I’ve done
Help me leave behind some
Reasons to be missed
And don’t resent me
And when you’re feeling empty
Keep me in your memory
Leave out all the rest
Leave out all the rest
Selamat jalan Chester Bennington.
menyedihkan memang …
tidak menyangka bahwa chester akan pergi seperti ini
semoga tenang disana
bisa dibayangkan bagaimana sedih nya para fans si fredie dari Queen saat meninggal …
Udah… udah…
Jangan lama-lama galaunya..
Ini inget jalamn lulus SMA dulu…