Bulan september ini Bali punya acara. Namanya Maybank Bali Marathon, salah satu acara lari internasional terbesar di Indonesia pada 8 September 2019. Ada 3 jarak yang dipertandingkan, Full Marathon (42K), Half Marathon (21K), dan 10K.
Tahun ini adalah yang pertama kalinya aku ikut lomba lari ini dan juga pertama kalinya berpartisipasi di Half Marathon. Sebuah keputusan agak nekat karena ketika mendaftar lomba ini bulan Maret kemarin, aku belum pernah sama sekali ikut serta 10K.
Pikirku adalah ini acara besar, kalau ikut yang 10K terlalu sebentar dan marathon masih terlalu jauh. Jadi dipilih lah yang tengah-tengah. Masih ada waktu setengah tahun untuk mempersiapkan fisik dan mental. Persiapan lain adalah dengan mengikuti 10K di lomba yang skalanya lebih kecil.
Salah satu alasan lain ikut MBM 2019, sekalian liburan ke Bali. Baru pertama kali kesana nih. Haha.
Seminggu sebelum lomba, aku sudah siap apa saja? Aku sudah melewati 2 lomba lari. Cheers Trail Run 2019 12K dan Bhayangkara Run 2019 10K.

Yang jadi masalah adalah selama ini aku latihan belum tembus lari diatas 10K. Apakah aku siap? Apakah aku bakal kuat menyelesaikan lari ini?
Jelas di lari kali ini aku tidak bisa menggunakan kecepatan yang sama seperti ketika 10K, yaitu di atas 6 menit/km. Dengan pace segitu, harusnya waktu tempuhku sepanjang 21KM adalah sekitar 2 jam 10 menit. Karena aku belum tentu kuat lari stabil sepanjang itu dengan kecepetan segitu, aku menargetkan finish di kisaran 2 jam 45 menit.
Lari kali ini aku bakalan lari santai saja sambil menikmati pemandangan indah Bali di sepanjang perjalanan. Pada kenyataannya, rencanaku buyar semua. Gara-gara orang ini.

Tiga jam sebelum lomba
Aku menginap di daerah Ubud, sekitar 18KM sebelah utara lokasi marathon atau sekitar 30 menit perjalanan (jika lancar). Seperti disebutkan sebelumnya, tujuanku ke Bali ga cuma sekadar ikut lomba tapi juga liburan. Aku berangkat bersama 2 orang fotografer handal teman di hari kamis, 5 September 2019. Kami sempat 2 hari keliling Nusa Dua dan Ubud. Salah satu kekhawatiran terbesarku adalah capek dan bangun kesiangan di hari lomba.
Lomba dimulai jam 4:30 untuk Full Marathon dan 5:15 untuk Half Marathon. Aku mengkalkulasi seenggaknya harus di lokasi lomba jam 4:30. Lama perjalanan adalah setengah jam ditambah perjalanan dari parkiran ke lokasi bisa memakan setengah jam. Kami harus berangkat jam 3:30. Persiapan mandi dan sarapan seadanya bisa memakan setengah jam lebih, maka seenggaknya aku harus bangun jam 3. Oh my god! Ku suruh masing-masing hp dipasangin alarm sebanyak-banyaknya di jam 2:30 sampai 3:00.
Berhubung aku tidur dalam kondisi agak cemas, akhirnya aku bangun jam 2:10 bahkan sebelum ada alarm dari kami yang menyala. Setelah berbagai upaya membangunkan 2 orang ini, kami berangkat di pukul 3:30.

Hari masih sangat gelap, jalanan kosong melompong, dengan sesekali anjing liar menggonggong di pinggiran. Sempat terjadi hujan rintik-rintik selama beberapa menit. Muncul kekhawatiran bakal lari dalam kondisi hujan. Untungnya tidak sampai terjadi hujan. Mungkin pawangnya manjur.
Sekitar jam 4:00 kami sampai di lokasi lomba. Mulai banyak para pelari dari berbagai penjuru Indonesia dan dunia bermunculan.
Pukul 4:30 para pelari marathon memulai larinya. Aku bersiap menuju garis start. Yang jadi masalah adalah aku kebelet pipis. Menuju ke lokasi toilet umum, walaupun sudah disediakan lebih dari 10 bilik toilet (aku tak tahu tepatnya, intinya banyak), antriannya tetap saja panjang banget dan lama.
Urusan kamar kecil baru selesai sekitar jam 5:05 atau 10 menit sebelum start. Aku langsung bergegas menuju area start. Tak ku sangka jaraknya lumayan jauh dan panjang, aku sedikit terlambat. Tak masalah toh aku memang start dari deretan belakang.
Masuk ke area start, para pelari di sodori air minum segelas dan sebotol kecil kopi dingin. Air minum langsung kuteguk dan kopi ku ambil untuk diminum di tengah perjalanan. Suatu keputusan yang kusesalin nantinya.
Start (0 – 5km)
Peserta lari kategori Half Marathon(HM) ini sekitar 3000an lebih. Untuk start, ada 3 golongan deretan yaitu AA, BB, CC, tergantung catatan waktu HM sebelumnya. Untuk yang pelari yang lebih cepat ditaruh deretan depan (AA). Karena ini adalah Half Marathon pertamaku, aku start dari deretan belakang (CC).
Jam menunjukkan 5:15, lari kategori Half Marathon dimulai. Dengan peserta yang ribuan, aku baru mulai di garis start ketika gun time sudah menunjukkan menit ke 5.

Di 5 km pertama ini adalah rintangan paling gampang. Pertama, energi masih full. Kedua, peserta masih banyak menumpuk berdekatan, jadi di tahap ini adalah bagian paling lambat.
Jarak antar pelari bisa sampai 1 meter kurang. Susah untuk melaju kencang di sini. Apalagi hari masih subuh, masih gelap gulita. Oke lah, tak apa lari lambat disini sebagai pemanasan untuk persiapan nantinya di KM selanjutnya.
Kopi yang ku bawa sedikit menyusahkan, ku putuskan untuk kuminum sekarang saja. Lumayan lah untuk menggenjot semangat. Dan aku pun baru menyadari, setiap aku minum kopi, beberapa menit kemudian pasti bakalan kebelet eek.
Tantangan sebenarnya dimulai (5 – 10 km)
Jarak antar pelari mulai merenggang. Beberapa orang mulai menunjukkan kelelahan dan memutuskan berjalan. Aku sudah bisa memulai menambah kecepatan lari.
Tapi eh tapi, baru saja ku menambah kecepatan lari, di KM 6 jalan tanjakan menghadang. Kecepatan ku kurangi sedikit, diusahakan tetap stabil. Satu per satu para pelari mulai tampak kelelahan. Aku mulai menyalip satu per satu pelari di depanku.
Pada beberapa lokasi, terdapat cheering point yang berisi anak-anak sekolah yang dikerahkan panitia untuk memberi semangat para pelari. Terkadang diisi juga dengan pertunjukan tarian tradisional Bali.
Tak perlu terburu-buru, sesuai rencana awal, lari sesantai mungkin tapi tetap menjaga kecepatan dan jangan sampai jalan apalagi berhenti.
Ada satu orang berbaju hitam yang menarik perhatianku. Pertama karena dia cewek. haha. Kedua, aku yakin pernah menyalip dia, tapi berkali-kali dia muncul di depanku. Egoku muncul, aku tak boleh kalah.

Ketika event lari seperti ini, yang menjadi masalah buatku, bukanlah yang larinya lebih cepat dariku ataupun yang lebih lambat. Tapi yang setara denganku. Entahlah, aku mengganggapnya seperti sebuah tantangan.
Yang awalnya ku ingin lari santuy, pada kenyataannya jadi ajang kompetitif. Aku sih menganggapnya begitu, entah dia menyadari apa enggak. Kita sebut saja dia chinese girl (CG) karena aku yakin dia bukan orang Indonesia dari tulisan di belakang kaosnya.
Cobaan mulai melanda (10 – 15 km)
Masih ingat kopi yang ku minum di awal lari? Efeknya mulai nendang. Nendang bokongku. Tidak hanya semangatku yang bertambah, tapi juga gejolak di perut mulai merambah.
Di sinilah cobaan mulai muncul. Di saat aku harus mempertahankan kecepatan dengan CG, kakiku mulai sedikit goyah. Di beberapa titik lari, panitia telah menyediakan toilet. Apakah aku harus menuruti panggilan alam? Atau kah ku terus melanjutkan balapan ini? Kalau eek aku bisa lama banget, jadi kubatalkan niat buang hajat. Pertarungan masih setengah perjalanan, aku belum menyerah.
Bisa dibilang CG ini lumayan tangguh. Dia beberapa kali melewati titik air tanpa mengambil air minum. Ketika mengurangi kecepatan (mungkin untuk mengambil nafas), dia masih dalam kecepatan yang diatas lari rata-rata orang di sekitar. Biasanya saat ini aku mengambil alih lari ke depan dia. Beberapa menit kemudian, CG bakal muncul ke depan lagi.
Sepertinya dia sadar mendapatkan tantangan dariku.
Energi terakhir & ujian mental (15 – 20 km)
Ketika aku sudah mulai tidak menikmati lari, yang ada di dalam pikiran adalah masih berapa kilometer lagi garis finishnya? Tidak, tidak. Aku tidak boleh mengisi pikiranku dengan hal negatif. One step at a time.
Kaki mulai kesemutan dan isi perut masih bergemuruh untuk minta dikeluarkan. Ya Allah cobaan apa ini? Dan kulihat CG masih melesat dan berkibar tanpa lelah, tanpa sedikit pun terlihat bakal mengurangi kecepatan lari.
Ketika di KM16, dalam hati ku berkata, “Tinggal 5km nih, biasanya lari di stadion ITS juga segitu, gampang lah.”
Setiap melewati cheering point, aku berusaha untuk membalas high-five anak-anak di pinggiran jalan untuk menambah energi semangat lariku. Kadang juga aku kelewat semangat sampai tossnya keras banget.

KM 18, tidak hanya kakiku yang kesemutan, tanganku mulai ikut-ikutan. Jika diteruskan, aku bakal ambruk. Di lokasi air minum pos akhir, aku sudah tidak mampir mengambil air minum. Efeknya tidak akan terasa. Nafasku masih kuat, tapi badanku terasa sangat berat. Ibarat motor, bensinku masih setengah tangki, tapi ban depannya bocor. Si CG masih berada di belakangku. Tapi tak lama lagi aku pasti akan disalipnya.
KM 19, yang masih membuatku terus berlari adalah sepanjang 5 km terakhir adalah jalanan menurun. Berteman dengan gravitasi. Aku hanya perlu konsentrasi agar jangan sampai kehilangan keseimbangan dengan sisa-sisa kekuatan kaki.
KM 20, tinggal sedikit lagi menuju garis finish. Tapi yang jelas ini adalah 1 km terjauh yang pernah kualami. Aku merasakan kakiku sudah memberontak untuk mengatakan stop. Stop atau kita akan jatuh, mungkin itu yang ingin kakiku sampaikan.
Final Countdown (20 – 21.1 km)
Demi kebaikanku sendiri, aku menyerah. Aku tidak bisa mempertahankan kecepatanku. Dengan kecepatan sekarang, kakiku tak kuasa menahan beban lari selama 2 jam lebih ini. Aku memperlambat lari, tapi tidak sampai jalan.
CG sudah menyalipku. Dia semakin melaju kedepan dengan langkah yang elegan tanpa beban. Aku tertinggal di belakang dengan kaki sedikit linu. Ratusan meter di depan aku bisa melihat garis finish. Inilah saatnya penderitaanku selesai. Salah sendiri menderita. Katanya mau lari santuy.
Sampai di garis finish, akhirnya aku bisa mengistirahatkan kakiku pada mode jalan. Walaupun sudah finish, ternyata pelari masih harus jalan lagi 1 km menuju tempat pembagian medali & konsumsi.

Aftermath
Awalnya aku berencana mendatangi CG di garis finish untuk memberi selamat. Tapi berhubung dia finish duluan, aku tak melihatnya di antara lautan manusia. Sepertinya rencanaku tak akan terlaksana.
Setiap finisher akan diberi tas yang diisi 3 minuman (1 aqua, 1 pocari sweat, 1 kara coco), 1 eskrim, dan 3 pisang(aku ngambil 3 buat temanku yang menemani di sini haha). Dan tak lupa medali finisher.

Mungkin karena energiku yang benar-benar di titik nadir, ketika aku menaruh tas konsumsi di pundak kananku, seketika langsung keram. Aku segera mencari tim medis. Tapi yang paling dekat adalah stand Salonpas. Aku minta disemprot entah apa namanya itu, ke bagian bahuku, sedikit demi sedikit rasa sakitnya hilang. Alhamdulillah.
Saatnya mencari teman-teman dan pulang ke penginapan. Eh, tak disangka tak dinyana, CG ada di depanku. Aku harus memastikan orang ini CG, jangan sampai salah orang dan malu-maluin. Sepanjang lari, aku tak tau mukanya seperti apa. Yang kelihatan cuma punggungnya. Setelah aku cek yakin dia orangnya dari ciri-ciri yang kuingat, aku pun menyapa dengan bahasa inggris yang belepotan karena nervous dan kecapekan.
Awalnya dia bingung dan seperti memasang wajah takut melihat predator. Aku bertanya “Can you speak english?” Dia menjawab tidak. Mati aku, apa yang harus kulakukan? Masa’ ditinggal pergi gitu aja?
Ambil nafas panjang, aku pun menjelaskan dengan bahasa inggris yang sesimpel mungkin. Bahwa aku berlari di belakangnya, kadang di depannya. Aku berusaha “berkompetisi” dengannya. Tapi di KM 20, dia berhasil mengalahkanku. Dan aku bilang, “You’re really strong, I can’t beat you. Good job!”
Dia pun sepertinya mengerti dan paham maksudku dan memasang wajah ramah. haha. Di akhir percakapan tak lupa aku meminta selfie buat kenang-kenangan yang disetujui dengan senang hati (ah masa?).
Pertanyaan sebelum berpisah, “Where are you from?”
“Korea,” jawabnya. Duh, ternyata CG bukan dari China.
Result
Target awal lari santuy adalah 2 jam 45 menit. Namun pada kenyataannya adalah 2 jam 19 menit menurut jam tanganku dan 2 jam 20 menit menurut hasil resmi waktu chip atau 2 jam 25 menit menurut gun time karena aku start 5 menit belakangan. Berada di posisi 805 dari 3922 pelari HM.

Kenapa hasil jam beda sama hasil resmi? Karena aku stop jamku di titik km 21. Ternyata lomba ini panjangnya adalah 21.1 km.
Detailnya bisa dilihat di sini. https://results.sporthive.com/events/6576419052805078272/races/464409/bib/50330

Bagi yang ingin tahu medan lari sepanjang 21.1 KM ini seperti apa, bisa lihat video dari Melanie Putria, yang juga ikutan HM, lari sambil nge-vlog. Luar biasa.
Sampai jumpa tahun depan!
