Hints on English pronunciation

Klo diperhatikan bahasa inggris termasuk bahasa yg ga konsisten dalam pengucapan kata. Misalnya bagaimana kita tau kalau red itu dibaca ‘red’ atau ‘rid’. Mungkin untuk kata red gampang karena merupakan kata yg familiar. Entah bagaimana dengan kalimat baru yg tidak familiar. Aku ingat dulu waktu masih kecil, keheranan dengan cara pengucapan “enough”. Kata ini pertama saya temukan di film James Bond, “The world is not enough”.

Gimanapun juga, ketidakkonsistenan bahasa adalah kewajaran. Banyak kata bahasa inggris yg merupakan serapan bahasa lain dan harus ikut aturan main bahasa lain itu. Sama seperti yg terjadi di bahasa Indonesia. Coba lihat nama stasiun TV mana yang ada huruf “TV” yang pengejaannya benar sesuai bahasa Indonesia. Cuma SCTV (eSCeTeVe) yang benar. Yang lainnya salah karena mengeja TV dengan “tivi”. Tapi berhubung TV adalah kata dari bahasa Inggris, maka biasanya orang lebih familiar ejaan luarnya.

Tapi kalau kata orang sih, bahasa Inggris bukan bahasa tersusah yang dipelajari. Jadi jangan mengeluh bahasa Inggris susah. Padahal kita sudah di jaman internet. Mayoritas ditulis dengan bahasa Inggris.

Mari kita tutup tulisan ini dengan “Hints on English pronunciation”

I take it you already know
Of tough and bough and cough and dough?
Others may stumble, but not you,
On hiccough, thorough, lough and through?
Well done! And now you wish, perhaps,
To learn of less familiar traps?
Beware of heard, a dreadful word
That looks like beard and and sounds like bird,
And dead: it’s said like bed, not bead —
For goodness sake don’t call it ‘deed’!
Watch out for meat and great and threat
(They rhyme with suite and straight and debt).
A moth is not a moth in mother,
Nor both in bother, broth in brother,
And here is not a match for there
Nor dear and fear for bear and pear;
And then there’s dose and rose and lose —
Just look them up — and goose and choose,
And cork and work and card and ward,
And font and front and word and sword,
And do and go and thwart and cart —
Come, come, I’ve hardly made a start!
A dreadful language? Man alive!
I’d mastered it when I was five!

Web baru (lagi)

Update: berhubung harga domain .id ini lumayan mahal, 500k, jadi saya tidak memperpanjangnya. Web saya pindahkan ke http://bocilmania.com

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia code2an (code pake ‘c’ bukan pake ‘k’), sebenarnya saya sedikit aneh kalau tidak punya web personal. Blog ini ga usah dihiraukan, maunya yang agak berbobot dan profesional. Kan ga lucu, ketika nanti tuker2an kartu nama sama Ellon Musk, tertulis webku ini, trus dia buka artikel yang ini https://tulisanrifai.wordpress.com/2015/03/30/kim-jong-un/.

Dulu sebenarnya sudah pernah bikin, tapi sayangnya ga dilanjutin. hehe. Mungkin perlu beli domain sendiri, biar agak semangat. Akhirnya saya pun cari-cari domain yang cocok. Mulai rifai.com, ahmadrifai.com, ternyata uda dibeli orang. Akhirnya mencoba beli domain .id aja, selain kesannya nasionalis, url-nya lebih pendek 1 huruf (ga ngefek). Alhamdulillah akhirnya saya bisa mendapat domain ini http://www.rifai.id. Url .id yang terpendek yang bisa dipesan langsung. Kalau dibawah 5 huruf, harus berurusan langsung sama mertua PANDI.

Syarat untuk beli domain ini gampang, sama kayak .com. bedanya cuma kita disuruh scan KTP. Tambah SIUP/TDP/AKTA/ Surat Ijin klo buat domain perusahaan. Jadi kayaknya domain ini dikhususkan orang indonesia. Tapi sayangnya domain ini masih agak mahal, Rp500.000. Dibandingkan .com yang cuma 100-an. Tapi kemarin saya beli dengan diskon 50% (masih mahaal). Tapi ga apa-apa, daripada nama domain rifai diambil orang lagi. Jadi segeralah beli domain id, terutama bagi kalian yang namanya pasaran.

Sekarang adalah memutuskan ditaruh dimana web ini. Berhubung skill web saya makin anjlok, saya memutuskan pake service yang ada saja, yang ga perlu hosting sendiri. Yang paling familiar tentu saja wordpress. Tapi sayangnya kita harus beli domain dari wordpress. Dan itu pun ga ada domain id. Akhirnya memutuskan pindah ke tumblr. Karena bisa pakai domain sendiri. Padahal web ini bikin males, soalnya isinya hipster & quote-quote bullsheep. Tapi untungnya, di bidang yang saya geluti ini, banyak yang pakai tumblr. Jadi dashboardnya saya filter aja.

Untuk saat ini masih sepi isinya, dan masih pake template tumblr. Blog ini rencananya mau diisi segala hal teknis yang saya kerjakan. Dan beberapa portfolio agar bisa melihat seberapa jauh perkembangan saya selama ini. Seenggaknya ga malu2in kalau nanti web ini dikunjungi Larry Page.

Makintau : Celengan

Jaman kita kecil dulu, kita diajari buat menabung. Belajar mengatur duit sejak kecil. Sampai ada lagunya di jaman itu.

Berbahagialah kalian anak 90an. Jaman anak-anak masih banyak punya lagu sesuai umur.

Menabung di bank terlalu ribet buat anak kecil, maka celengan adalah cara menabung paling gampang.

Budaya celengan ini sebenarnya bukan spesifik orang Indonesia saja, tapi di dunia juga ada. Ada info yang menarik nih tentang celengan ini. Celengan itu berasal dari bahasa jawa ‘celeng’ yang berarti babi. Celengan jadul yang pernah ditemui di nusantara adalah celengan dari jaman majapahit berbentuk seperti ini.

Majapahit,_Piggy_Bank
Celengan Majapahit

Walaupun artinya babi, celengan yang sering saya temui bentuknya adalah ayam. Menurut analisa saya yang teruji ITB dan IPB sotoy ini, celengan muncul di jaman nusantara ketika masih dikuasai Hindu Buddha. Ketika Indonesia dikuasai orang Islam, maka babi yang haram itu diganti ayam yang lebih barokah. lol.

2431400_celengan_ayam_babon
Celengan saya dulu persis seperti ini, tapi beda warna

Nah, bahasa inggrisnya celengan adalah piggy bank. Kalau melihat di tipi2, celengan orang luar itu bentuknya juga babi. Salah satu yang terkenal adalah tokoh mainan dari Toy Story ini.

Hamm dari Toy Story
Hamm dari Toy Story

Bisa jadi celengan babi ini terinspirasi dari celengan Majapahit itu.

Apakah kalian masih punya celengan?

 

Sekian.

Makintau : Winston Churchill

Winston Churchill adalah salah satu pemimpin dunia paling populer, karena beliau adalah Perdana Menteri Inggris di era Perang Dunia 2. Tapi kalian pasti belum tau kalau ternyata ada Winston Churchill lain yang terkenal juga. Bedanya, Churchill yang satu ini adalah penulis dan orang Amerika yang lahir lebih dulu dan terkenal duluan dibanding si orang British.

Britishman
Britishman
Americano
Americano

Jadi ceritanya, si orang Amerika (1871 – 1947 ) ini adalah penulis terkenal di sekitar akhir abad 19. Ketika si orang Inggris (1874 – 1965) ini muncul jadi PM, maka tenggelam lah nama si orang Amerika ini untuk selama-lamanya.

Yang lebih bingung lagi adalah si Inggris yang kalian tau sebagai politisi ini ternyata juga seorang penulis lho. Malah pernah dapat nobel sastra di tahun 1953. Jadi di jaman itu para orang-orang dan penerbit sering bingung membedakan buku 2 orang ini. Maka untuk mengatasi kebingungan ini adalah si orang British menggunakan nama pena lain. Yaitu….

..

..

..

Winston S. Churchill.
Haduh, nama pena kok cuma beda huruf S di tengah. Ga niat cari nama nih.

 

 

 

 

 

Makintau : Tambora

Di bulan ini 200 tahun yang lalu, terjadi peristiwa bersejarah tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Yaitu meledaknya gunung Tambora di Sumbawa. Ledakan dimulai dari 10 April 1815, baru berhenti di bulan Agustus. Kejadian ini disebut-sebut sebagai salah letusan gunung terbesar dalam sejarah.Kalau kita lihat di tabel di bawah, ukuran kekuatan letusan itu ada dari 0 sampai 8. Sedangkan Tambora berada di index 7. Wow! Kalau dilihat lagi, ledakan ini adalah ledakan level 7 terakhir yang terjadi.

indexgunung
Oke..oke.. saya mengerti. Tulisannya memang ga kliatan. Silakan ke sumbernya langsung.

Efeknya ga cuma di Indonesia saja (waktu itu masih Hindia Belanda), tapi seluruh dunia kena imbasnya. Terjadi anomali cuaca di tahun-tahun itu, sehingga terjadi gagal panen dimana-mana. Kematian menjadi meningkat akibat letusan maupun kekurangan makanan. Suhu dunia turun 0.7 C gara-gara berkurangnya cahaya matahari yang masuk ke bumi karena tertutup kabut asap.

Tapi efeknya ga cuma jelek kok. Gara-gara makanan sulit didapat, maka muncul penemuan kendaraan yang bisa bergerak tanpa bantuan binatang bernama Velocipede. Cikal bakal sepeda.

Velocipede -> Cipede -> Sipede -> Sepeda?

Dan satu lagi. Gara-gara suasana waktu itu yang dark, gritty, depressing, muncul karya-karya tulisan dengan tema-tema seperti itu.  Salah satunya adalah Frankenstein.

Dia bukan Frankenstein. Frankenstein itu nama dokternya.

Wah pengen lihat seperti apa sekarang gunung Tambora.

Sekian.

Makintau : Belajar dari Pram (2)

Artikel ini adalah bagian kedua. Untuk bagian pertama silakan dilihat disini. Serial artikel yang akan membahas opini saya tentang apa yang saya pelajari dari 4 buku tetralogi buru. Buku ini sangat bagus untuk pengetahuan sejarah, terutama hal-hal yang tidak dijelaskan di buku sejarah formal. Misalnya kehidupan sosial, interaksi antar bangsa, dan kehidupan masyarakatnya (Yang kalau di buku sejarah digambarkan deritanya aja).

pramoedya

Sepanjang saya membaca 4 buku ini, saya harus bolak balik buka browser untuk memastikan beberapa kejadian sejarah yang nyambung sama cerita di buku ini. Hal-hal fiksi seperti ini yang membuat membaca sejarah jadi menarik. Berikut ini adalah lanjutan pemikiran saya setelah membaca buku ini.

What if

Indonesia termasuk hebat bisa merdeka dari penjajah dan menjadi tuan di tanah sendiri. Kalau kita hidup di era penjajahan Belanda, pemikiran suatu pribumi menjalankan negara yang merdeka adalah suatu impian di siang bolong. Di era penjajahan ini adalah salah satu fase paling buruk bagi  sejarah Indonesia. Karena terjadi kemunduran peradaban karena menjadi budak dari Belanda. Sekarang coba kita bayangkan apa yang terjadi jika kebangkitan nasional tidak terjadi.

Skenarionya adalah seperti ini. Orang-orang Belanda yang telah lama tinggal di Hindia Belanda tumbuh jiwa nasionalisme dan melakukan pemberontakan terhadap kerajaan Belanda dan berhasil. Jadilah Hindia Belanda negara merdeka menguasai tanah Nusantara. Dan para pribumi tetap bodoh & tersingkir. Negara ini dikuasai wajah-wajah Eropa, seperti halnya Australia & USA yang menyingkirkan Indian & Aborigin. Best casenya adalah negara Hindia Belanda menjadi negara maju, negara lebih tertata, di beberapa generasi kemudian muncul gerakan hak asasi, maka pribumi menjadi berpendidikan , memiliki wakil di pemerintahan, sepakbola maju dan lolos Piala Dunia. Horeee. Apakah dosa saya berpikiran seperti ini? hehe..

Memang sepertinya Indonesia saat ini hanya bisa membanggakan kehebatan masa lalu. Menjalankan negara merdeka ternyata lebih sulit dibandingkan merebut kemerdekaan itu sendiri. Lihat saja kondisi Indonesia saat ini.

Pendidikan

Berbicara tentang kebangkitan nasional dan kemerdekaan Indonesia adalah tak lepas dari peran Belanda itu sendiri. Semenjak di jajah Belanda, warga pribumi mengalami kemorosotan di segala bidang. Gimana mau berkarya, makan saja susah di jaman itu. Maka selama beratus-ratus tahun pribumi cuma jadi budak Belanda. Karena itulah orang-orang berperikemanusiaan di Belanda sana mencanangkan politik etis kepada pribumi yang telah terserap SDA & SDM di era kerja paksa. Politik etis adalah migrasi, edukasi, dan irigasi.

Tapi pada kenyataannya tidak semudah itu menjalankan itu. Yang menjadi bahasan di bagian ini adalah edukasi. Orang-orang Belanda tidak serta merta mau membagi pengetahuannya kepada pribumi. Diceritakan di buku itu (kalau tidak salah di buku kedua, Anak Semua Bangsa), pengusaha Belanda memakai pekerja pribumi. Mau tidak mau para pekerja diajarkan ketrampilan sesuai pemilik usaha. Untuk meningkatkan produktivitas, dan waktu itu memang lagi ngetrend revolusi industri, maka mulai menggunakan mesin-mesin. Karena pekerja-pekerja pribumi lebih murah, maka pribumi diajarkan lagi. Semakin maju usaha seorang Belanda, maka mereka makin butuh orang-orang pribumi (yang murah meriah muntah). Dari kasus ini kita bisa melihat sebenarnya walaupun orang Belanda enggan berbagi edukasi, tetapi mau tidak mau mereka harus harus melakukannya karena kebutuhan industri. Jadi dalam hal ini edukasi adalah untuk mendukung dunia usaha dan industri buat kepentingan orang Belanda.

Sekolah-sekolah Belanda pun tidak eksklusif untuk totok maupun indo, tapi juga pribumi. Tapi masih terbatas pada anak-anak priyayi atau orang-orang yang punya kedudukan. Mereka inilah yang nanti jadi pegawai pemerintahan maupun swasta milik Belanda. Anak-anak golongan bawah tetaplah menjadi pekerja kasar.

Minke(protagonis) adalah siswa dari H.B.S. Surabaya (Hogere Burger School) atau sekolah untuk pembuat burger. Jadi lulusan sekolah ini menjadi pegawai McD. HBS adalah sekolah setingkat SMP + SMA. Minke bisa bersekolah disini karena anak dari bupati Bojonegoro. Soekarno adalah salah satu lulusan sekolah ini. Saat ini gedung sekolah tersebut menjadi Kantor Pos Besar Surabaya. Lokasinya di Jl. Kebon Rojo hanya beberapa meter di sebelah utara Tugu Pahlawan. Lokasi HBS yang lain sekarang telah menjadi SMA kompleks.

Kantor Pos Surabaya
Kantor Pos Surabaya (nyolong dari sini)

Dijajah 350 tahun

Hal ini sebenarnya masih jadi perbincangan hangat ketika saya beranjak dewasa. Sejak kecil kita diajari bahwa kita dijajah Belanda selama 3,5 abad. Namun kalau ditelusuri lebih lanjut, angka itu agak sedikit bombastis. Pertama adalah kita lihat dulu definisi Indonesia belum ada di jaman itu (abad 17). Semua wilayah Indonesia masih terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan. Ketika Belanda pertama menjajah Indonesia pun, tidak semua wilayah Indonesia terjajah. Masih ada wilayah merdeka di Indonesia selama 350 tahun itu. Bahkan yang paling hebat adalah wilayah Aceh yang baru menyerah dari Belanda di tahun 1912.

Salah satu tokoh di buku ini adalah veteran Perang Aceh bernama Jean Marais. Orang perancis yang ikut berperang di Aceh untuk Belanda. Selesai tugas, dia membawa anak kecil hasil hubungan dengan wanita pejuang Aceh. Dia menjadi peluksi & pembuat mebel di Surabaya dan menjadi sahabat Minke. Sebenarnya cerita antara Jean Marais dan wanita Aceh itu lumayan tragis, tapi silakan baca sendiri bukunya, biar tulisan ini tetep spoiler free. 😀

Pencetus ide nama Indonesia baru dipopulerkan oleh para punggawa Indische Partij beratus tahun kemudian saat mulai menyebarkan paham nasionalisme. Mengenai kenapa wilayah Indonesia seperti saat ini, ada hal menarik lagi yang patut dipikirkan.

Majapahit atau Belanda?

Saya lupa-lupa ingat sama pelajaran sejarah yang bagian ini. Katanya Presiden Soekarno ingin melanjutkan cita-cita Patih Gajah Mada untuk menyatukan nusantara. Wilayah Indonesia yang luas dan berbagai macam suku dan bahasa ini bisa bersatu karena dulunya disatukan oleh Gajah Mada (saya lupa-lupa inget lho, jadi tolong dibenarkan kalau ada yang salah). Pernyataan ini sebenarnya kalau dipikir-pikir benar tapi juga meragukan. Coba perhatikan 2 peta dibawah ini.

majapahit

hindia

Coba tebak, 2 peta itu wilayah apa? Yang merah adalah wilayah kekuasaan Majapahit. Sedangkan yang biru adalah peta Indonesia. Salah! Yang biru adalah wilayah kekuasaan Belanda di tahun 1920. Kalau memang yang diperjuangkan adalah menurut Nusantaranya Gajah Mada, maka Indonesia akan jadi seperti yang merah, dengan tambahan Malaysia, minus Jawa Barat & beberapa wilayah Kalimantan, Sulawesi,  Papua.

Kenapa wilayah jajahan Belanda bisa hampir sama persis seperti wilayah Indonesia saat ini? Yang menarik adalah, wilayah Timor Leste yang dulunya jadi bagian Indonesia, sekarang sudah pisah, Indonesia kembali jadi persis sewaktu jadi jajahan Belanda. (Catatan: Timor Leste adalah bekas jajahan Portugis dan Timor Leste menganggap selama ini mereka dijajah Indonesia).

Kembali ke topik. Jadi kenapa wilayah Indonesia seperti wilayah jajahan Belanda? Karena itulah alasan untuk menyatukan Indonesia (menurut bukunya Pram). Diceritakan ada beberapa organisasi yang muncul di awal kebangkitan nasional. Yang pertama adalah Budi Utomo yang didirikan oleh beberapa siswa STOVIA (sekolah dokter di Batavia, sekarang FK UI) termasuk Dr. Sutomo. (saya pernah lho mengunjungi desa kelahirannya di Nganjuk *ga penting banget*). Namun awalnya hanya menerima anggota dari orang Jawa saja. Yang kedua adalah SDI (Syarekat Dagang Islam). Dari namanya, organisasi ini adalah organisasi pedagang beragama Islam.

Minke menganggap eksklusivitas dari 2 organisasi ini bakal sulit untuk memperjuangkan rakyat tertindas di Hindia Belanda. Karena di pulau jawa saja, ga cuma ada orang Islam dan Jawa. Maka kesamaan nasiblah yang menjadi alasan kuat untuk melawan tirani. Nasib dijajah Belanda. Masuk akal juga sih pendapat Pak Pram ini.

Cina

Sebutan Cina sangat rasis di Indonesia untuk menyebut warga keturunan dari negeri Tiongkok. Mungkin sama seperti N-word di US sana untuk menyebut African-American. Oleh karena itu mungkin lebih halusnya disebut saja Tionghoa. Walaupun warga Tionghoa punya sejarah panjang di negeri kita, tapi sepertinya bangsa satu ini yang paling sering kena diskriminasi. Padahal tidak sedikit jasa dari bangsa ini untuk kemajuan bangsa pribumi.

Rakyat kecil adalah golongan teraniaya yang sepertinya tidak memiliki kekuatan apa-apa. Padahal dibalik lemahnya golongan ini, terdapat kekuatan besar yang tidak disadari oleh mereka. Yaitu boikot. Yang terinspirasi oleh warga Tionghoa. Diceritakan ada sebuah perusahaan Belanda yang melakukan bisnis yang merugikan pengusaha Tionghoa. Karena solidaritas, maka perkumpulan pengusaha ini pun memboikot perusahaan Belanda ini, yang menyebabkan perusahaan ini bangkrut.

Minke menyadari bahwa seharusnya dia belajar dari cara bangsa Asia, bukan dari ilmu bangsa Eropa. Maka diapun terinspirasi dari cara boikot ini untuk mempropagandakan ke seluruh rakyat di Hindia. Cara ini bisa dibilang berhasil. Dengan jumlah pekerja buruh yang sangat banyak di perusahaan Belanda, apabila dapat diorganisir dengan benar, maka boikot dapat dijadikan ajang untuk melawan ketidakadilan yang terjadi.

Info : salah satu alasan berdirinya organisasi SDI (Syarekat Dagang Islam) adalah untuk menghimpun pengusaha-pengusaha muslim agar dapat bersaing dengan pedagang Tionghoa yang jauh lebih maju di jaman itu (mungkin sampai sekarang).

Bersambung…

 

Makintau : Belajar dari Pram (3)

Kita sampai di bagian terakhir dari seri tulisan ini. Bagi anda yang ketinggalan tulisan sebelumnya, silakan dibaca dulu bagian 1 dan bagian 2. Bagian terakhir ini jaraknya sangat jauh dari postingan terakhir karena beberapa hal. Makin lama ditinggal, makin malas untuk melanjutkan tulisan ini. Akhirnya lupa beberapa yg mau ditulis. Daripada makin menghilang di pikiran, sepertinya harus dipaksa dilanjutkan.

Tanpa banyak basa-basi kita lanjut saja bacaan ini.

Pergundikan

Indonesia di jaman dulu itu ada budaya yang sangat merugikan wanita. Posisi wanita bisa dibilang lemah sebagai istri (itu pun kalau jadi istri). Sudah hal lumrah kalau raja di jaman dulu itu punya beberapa selir. Selir itu istri yang kedudukannya lebih rendah dari permaisuri, biasanya keperluannya sebagai pemuas ‘urusan itu’ raja. Di tertralogi ini tidak terlalu membahas masalah ini tapi masalah lain yang mirip-mirip. Yaitu pergundikan.

Di masa kolonial, orang-orang Belanda yang datang ke Indonesia kebanyakan adalah pria. Masih sedikit wanita Belanda. Maka untuk keperluan ‘itu’, mereka mengambil wanita-wanita pribumi. Bukan dijadikan istri tapi gundik karena status pribumi yang di bawah totok. Biasanya gundik itu adalah wanita yang diserahkan orang tuanya ke tuan Eropa mereka ini. Tidak ada wanita yang sukarela jadi gundik. Karena gundik tidak punya hak asasi yang sepantasnya. Karena mereka memang bukan istri sah.

Salah satu tujuan pergundikan bagi orang tua wanita adalah untuk menyenangkan sang majikan dan mungkin bisa mendapatkan jabatan yang bagus di tempat kerja. Kasarannya adalah anak mereka dijual ke orang Belanda demi sebuah jabatan.

Di buku pertama terdapat kisah wanita perkasa bernama Nyai Ontosoroh yang mengelola bisnis Tuan Mellema. Bukan sembarang gundik. Gundik yang cerdas karena keadaan yang memaksa. Cerita dia mulai dari gadis desa biasa sampai menjadi wanita berpengetahuan luas dan segala macam intrik emosi dia terhadap keluarga yang menjualnya.

Dari pergundikan inilah muncul golongan Indo alias golongan darah campuran.

 Samin

Ada 1 golongan yang lumayan menarik tingkah lakunya di era penjajahan (sampai sekarang). Yaitu ajaran Saminisme. Berasal dari nama pendirinya Samin Surosentiko. Ajaran ini sempat disinggung sekilas di tetralogi ini karena merepotkan pemerintah kolonial. Mereka tidak mematuhi pemerintah salah satunya dengan tidak membayar pajak. Sebenarnya dibandingkan organisasi/kelompok lain di era itu, Samin bisa dibilang kelompok lugu, polos, dan jujur. Mereka tidak memakai kekerasan ataupun politik untuk melawan penguasa.

Sepertinya mereka memang ingin hidup damai tanpa gangguan luar. Mereka hidup tertutup dari dunia luar dan baru tau Indonesia merdeka di tahun 70an. Secara etnis mereka adalah orang Jawa, tapi tidak mengenal tingkatan bahasa. Bahasa yang dipakai adalah Jawa Ngoko (tingkatan paling bawah). Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.

Bagi yang belum mengerti, bahasa Jawa itu ada tingkatannya. Berbicara dengan yang seumuran dan dengan yang lebih tua, orang Jawa memakai kosakata yang berbeda. Seperti di bahasa Indonesia, kita bisa ngomong ‘kamu’ ke teman tapi tidak bisa ke orang tua.

Populasi mereka sedikit. Berlokasi di sekitar Blora Jawa Tengah (tempat lahir Pram). Beberapa ajaran Samin adalah seperti berikut :

  • tidak bersekolah,
  • tidak memakai peci, tapi memakai “iket”, yaitu semacam kain yang diikatkan di kepala mirip orang Jawa dahulu,
  • tidak berpoligami,
  • tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut,
  • tidak berdagang, dan
  • penolakan terhadap kapitalisme.

 

Seperti segitu dulu rangkaian tulisan ini. (Kok cuma segini tulisannya?) Saya sudah lupa apa yang mau ditulis karena terlalu lama jaraknya dari tulisan sebelumnya. hehe,,

Sekian.

 

Makintau : Chaplin Hitler

Hari ini tanggal 16 April. Artinya hari ini adalah ulang tahun seorang legenda dunia.

Charlie_Chaplin_circa_1916
Who is this?

Kalau foto diatas mungkin sedikit yg kenal. Bagaimana kalau ini?

The Tramp
The Tramp

Dia adalah tokoh paling ikonik di era film bisu, The Tramp, yang diperankan oleh Charlie Chaplin. Walaupun mungkin kalian belum nonton filmnya yang jadul banget itu, tapi setidaknya kalian pernah tau karakter ikonik ini. Dengan ciri khas kumis bergelora dengan jas kekecilan, celana kebesaran, dan tongkat kayu.

Ngomong-ngomong tentang kumis, ada satu orang lagi yang punya kumis bergelora.

tumblr_mxlmbs4Ru31sbipmqo1_500

Dia adalah Adolf Hitler, sang diktator. 

Dua orang yang kelihatannya jauh berbeda bidang & dunia ini sebenarnya punya beberapa fakta menarik (selain kesamaan kumis). Mereka lahir di hari yang berdekatan. Chaplin di tanggal 16 April 1889 dan Hitler lahir 4 hari kemudian 20 April 1889. Selamat ulang tahun juga buat Sang Diktator!

Chaplin pernah membuat parodi tentang Hitler. Berjudul The Great Dictator. Film ini adalah film “talkie” pertama Chaplin dan merupakan film paling sukses dia secara finansial. Film ini adalah film Chaplin favorit saya. Walaupun ini bukan film terbaiknya, tapi bagi saya ini adalah film terlucu Chaplin.

The Great Dictator (1940)
The Great Dictator (1940)

Film The Great Dictator ini bisa dibilang lumayan berani. Dia berperan sebagai 2 orang sekaligus yaitu diktator bernama Adenoid Hynkel (parodi Adolf Hitler) dan seorang tukang cukur yang mirip sang diktator. Juga ada parodi dari diktator Italia, Benito Mussolini bernama Benzino Napaloni, diktator Bacteria (parodi Italia).

Parah banget film ini. Chaplin menggunakan logat Jerman yang sebenarnya ga ada artinya apa-apa. Sekedar sok2an ngomong Jerman. Bagi yang belum nonton film ini, wajib ditonton nih. Endingnya spektakuler!

 

Selamat ulang tahun Chaplin & Hitler!

Dua tokoh besar beda nasib
Dua tokoh besar beda nasib

Makintau : Belajar dari Pram (1)

Beberapa minggu yang lalu saya baru saja menyelesaikan 4 buku Tetralogi Buru dari Pramoedya Ananta Toer. Bagi kalian yang hidup di pedalaman gua atau hutan belantara, Pram adalah salah satu penulis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia bahkan dunia. Dialah satu-satunya penulis di Indonesia yang sering dinominasikan di Nobel Sastra. Buku beliau yang paling terkenal adalah Bumi Manusia yang merupakan buku pertama dari 4 buku Tetralogi Buru. Sekuel selanjutnya adalah Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Saya tidak akan mereview tetralogi ini, karena hampir semua orang tau kualitas buku ini. Bahkan jadi buku Indonesia dengan rating tertinggi di goodreads.

Buku yang bagus itu tidak sekedar “bagus” dalam arti kualitas tapi juga membuat pembacanya berpikir. Merenungkan apa sebenarnya arti hidup mereka selama ini (lebay tapi kurang lebih gitu). Bisa dibilang inilah buku yang pertama kali membuat saya seperti itu.

Why this book is so fucking good?
Why this book is so fvcking good?

Beda orang beda pengalaman. Tapi berikut ini adalah yang saya dapat dari membaca 4 buku Pram ini. Tenang saja, spoiler free kok.

Continue reading “Makintau : Belajar dari Pram (1)”

April Mop dan kritis dalam membaca

Hari ini adalah 1 April. Kalau di barat sana disebut April Fools, berarti harinya orang iseng. Terlepas dari pro & kontra April Mop di Indonesia, ada beberapa jokes April Mop yang menurut saya seru. Misalnya April Mopnya Google yang selalu ada tiap tahun. Silakan liat sendiri disini.

Tapi di tahun lalu ada satu guyonan yang lumayan mengena. Jadi ada yang posting begini.

foolJadi seperti terlihat diatas, headline postingan itu mengatakan kenapa orang Amerika uda jarang yang membaca. Lalu komentar orang-orang yang ga terima pun berdatangan.

koem

Namun sungguh ironi ketika mereka sendiri tidak membuka artikel yang diposting.

isi

Jadi jelas bahwa masih banyak orang yang asal komentar tanpa membaca isi artikel. Ga cuma orang Amerika aja yang begitu, orang-orang Indonesia dan dunia pun banyak yang hanya membaca judul. Apalagi di jaman panas-panasnya Pemilu kemarin. Diperparah lagi dengan banyaknya media abal-abal (bahkan media mainstream juga) yang sering memelintirkan fakta dengan judul yang bombastis namun isi beritanya tidak sesuai dengan judul. Bad news is good news. Makin deras kontroversi, makin larislah medianya.

Yang paling mengkhawatirkan adalah adanya penggiringan opini masyarakat dan pembunuhan karakter. Contoh adalah waktu kejadian Pak Ahok diteriakin “cina bangsat anjing” di suatu rapat. Dan seseorang di facebook langsung menulis artikel dan menuduh salah satu orang PKS sebagai tersangka. Caci maki & hinaan ke orang PKS ini derasnya, yang lagi-lagi ironi karena komentarnya juga keluar kata kotor. Saya sebagai warga kritis pun tidak serta merta menelan mentah-mentah apapun (kecuali lalapan). Saya baca seksama tulisan itu dan mendapati kenyataan bahwa tulisan itu tidak ada dasarnya dan hanya main tuduh. Memang ada orang yang teriak seperti itu, tapi tidak jelas siapa yang teriak. Apakah dia orang yang terlibat langsung di rapat itu, ternyata dia sendiri mendapat berita itu dari salah berita di internet yang setelah saya buka beritanya memang memberitakan ada teriak-teriak seperti itu tapi tidak menyebut-nyebut PKS. OMG! Anda telah membuat fitnah & anda membuat orang lain (yang polos dan bodoh itu) komentar kotor. Dosa dobel.

Saya tidak mendukung Ahok ataupun PKS. Saya juga menentang kata-kata yang bersifat rasis itu walaupun saya kadang juga rasis. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah jadilah orang yang kritis dalam melihat suatu informasi. Cobalah lihat dan teliti dari berbagai sisi. Jangan bikin malu lah kalian wahai orang-orang berpendidikan.

“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”- Pramoedya Ananta Toer

Sekian.